Pengangguran membutuhkan penyelesaian masalah tanpa menimbulkan sakit kepala

banner 468x60

Penulis: Latipah Ummu Sumayyah, pendidik dan aktivis.

banner 336x280

TANGERANGNEWS.com-Pekerjaan merupakan tempat yang selalu dicari oleh para pencari kerja dan lulusan baru. Namun ternyata pemerintah mulai didekati oleh para pencari kerja yang notabene merupakan lulusan baru yang didominasi oleh generasi Z.

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan hampir 10 juta penduduk Gen Z Indonesia berusia 15-24 tahun menganggur atau tidak aktif (tidak bekerja, tidak mengikuti pendidikan atau pelatihan/NEET). Artinya, jika berbicara lulusan baru, maka saat ini usia pencari kerja berkisar antara 18-23 tahun.

Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengungkapkan, banyak pengangguran muda yang tercatat baru lulus SMA atau kuliah. Sebab, pemerintah berharap para lulusan baru tentu memiliki keterampilan untuk menyeimbangkan kebutuhan pasar, namun kenyataannya justru muncul permasalahan baru. (Kompas.com)

Persyaratan yang tidak logis untuk memasuki dunia kerja

Keterbatasan lapangan kerja masih menjadi salah satu penyebab meningkatnya pengangguran. Selain itu, tuntutan dunia kerja semakin tidak masuk akal.

Beberapa di antaranya, misalnya calon pekerja, harus memiliki pengalaman minimal 1-2 tahun di bidang serupa. Belum lagi ada oknum yang menjadikan cobaan ini sebagai sumber penghasilan alias suap agar bisa masuk ke dunia kerja.

Saking sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai, para pencari kerja malah berbondong-bondong mendatangi lowongan yang dibuka oleh pemilik toko Seblak. Hal ini menjadi bukti sulitnya mencari pekerjaan, seperti terlihat dalam video viral warung seblak di Ciamis, Jawa Barat.

Sebuah solusi tanpa solusi

Upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi pengangguran yang semakin meningkat masih bersifat masif namun terkesan parsial dan tidak terlalu serius. Sebab, tidak ada penurunan data pengangguran.

Hasil pengolahan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) Februari 2009, 2014, 2019, dan 2024 yang diolah Tim Jurnalisme Data Harian Kompas menunjukkan tren penurunan penciptaan lapangan kerja di sektor formal.

Artinya pemerintah belum mampu menangani kasus yang satu ini (pengangguran) dengan solusi yang manusiawi, namun dalam kasus besar ini harus ada solusi yang nyata.

Islam sebagai solusi nyata atas permasalahan

Pengangguran dalam Islam antara lain. Pengangguran jabariyah (paksa) adalah pengangguran dimana seseorang tidak mempunyai hak sedikitpun untuk memilih status tersebut dan terpaksa menerimanya.

Pengangguran Khiyariyah adalah seseorang yang memilih untuk menganggur, padahal pada dasarnya ia adalah orang yang mampu bekerja, namun justru memilih untuk tidak berbuat apa-apa dan bermalas-malasan hingga menjadi beban bagi orang lain. Pemerintah harus berhati-hati dalam menangani kasus ini.

Namun sangat disayangkan bahwa sistem perekonomian yang digunakan untuk mengentaskan permasalahan yang berujung pada kemiskinan bukanlah sistem yang sejahtera, melainkan sistem yang malang. Selama sistem kapitalis menggerogoti negara dan dunia, tingkat pengangguran akan terus menurun.

“Imam (khalifah) adalah raa’in (pengelola umat) dan bertanggung jawab atas pengelolaan umatnya.” (HR al-Bukhari)

Hal pertama yang harus dilakukan adalah memperbaiki sistem yang tidak mencerminkan hukum Tuhan, sehingga tidak mungkin hal seperti itu terjadi. Tidak ada riba dan suap. Dan peraturan yang digunakan dalam dunia kerja juga mencerminkan hal-hal yang Allah tegaskan halal dan haram.

Kedua, meningkatkan pendidikan melalui pendidikan Islam yang tidak hanya fokus pada akademik tetapi juga pada keimanan. Sebab keimanan juga turut berperan karena tauhidnya seorang hamba terhadap Rabbnya.

Ketika pemerintah serius dalam memperbaiki pengangguran, maka tidak boleh lupa untuk meningkatkan sumber daya manusianya karena sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan ekonomi masyarakat. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan akademis gratis yang dikaitkan dengan agama untuk menyeimbangkan keduanya.

Ketiga, kewajiban bekerja dilakukan oleh laki-laki hanya apabila tidak ada pekerjaan yang memerlukan perempuan pada bidang tertentu. Agar wanita fokus mengurus rumah tangga sebagaimana Ummu warobatul bayt.

Keempat, membangun sarana dan prasarana. Membanjirnya kesempatan kerja bagi para pencari kerja sehingga tidak lagi kebingungan dalam mencari pekerjaan.

Kelima, serap sebanyak-banyaknya pekerja rumah tangga agar tidak ada lagi laporan peningkatan pengangguran.

Dengan ekonomi Islam, segala sesuatunya dapat terselesaikan tanpa menimbulkan permasalahan baru. Dan masyarakat dapat hidup nyaman dalam Islam dan dapat fokus pada tujuannya yaitu keridhaan Allah subhanahu wa ta’ala.



Quoted From Many Source

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *